- Plak
Menurut Schuurs ( 1990 ) kebersihan rongga
mulut merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan rongga
mulut. Kebersihan rongga mulut dapat dilihat ada atau tidak adanya
deposit-deposit organik, material alba, plak gigi dan kalkulus ( karang gigi
).
1. Pengertian Plak
Plak adalah endapan lunak yang menutupi dan melekat erat pada permukaan
gigi, terdiri atas sejenis bahan perekat yang dihuni beraneka ragam bakteri (
Depkes RI., 1985 ). ( Haake 1996, cit.
Abiyono, 2001 ) plak dapat diartikan sebagai kumpulan massa lunak yang melekat
pada permukaan gigi maupun restorasi. Plak juga dapat diartikan suatu kumpulan
mikroba yang lebih dari 10 ribu juta per milligram.
Menurut Be Kien Nio ( 1987 ) plak adalah suatu deposit lunak yang
terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks dan
melekat erat pada pemukaan gigi bila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan
mulutnya. Plak juga dianggap sebagai
salah satu faktor penyebab lokal dalam berbagai penyakit gigi dan jaringan
pendukungnya.
Sejumlah
mikroba akan segera ditemukan pada permukaan gigi beberapa jam setelah gigi
dibersihkan. Pertambahan plak diawali oleh adanya mikroba yang tersembunyi
sehingga terlindung dari aksi pembersihan
( Lindhe, 1990, cit.
Abiyono, 2001 ).
Plak diklasifikasikan berdasarkan letaknya terhadap tepi gusi, yaitu : plak
supragingival dan plak subgingival. Plak supragingival terletak di atas tepi gusi, sedangkan plak subgingival terletak di bawah tepi gusi,
diantara gigi dan dinding sulkus gusi ( Haake, 1996, cit. Abiyono, 2001 ).
Plak supragingival berhubungan
dengan penumpukan mikroba pada permukaan gigi. Mikroba pada permukaan
gigi ini dapat menuju ke sulkus gusi sehingga dapat lebih berkontak dengan tepi
gusi. Plak subgingival berhubungan dengan penumpukan mikroba pada sulkus gusi
maupun pada saku periodontal ( Genco,
1990 ). Menurut Lindhe ( 1990 ) struktur plak subgingival mempunyai
beberapa kesamaan dengan plak supragingival.
Karateristik
plak subgingival adalah terdapatnya
sejumlah leukosit diantara permukaan kumpulan mikroba dan epitel sulkus gusi,
sedangkan plak supragingival memiliki
dua letak, letak terdalam merupakan
suatu tumpukan padat terutama bakteri gram negatif yang melekat pada permukaan
gigi, letak terluar mengandung bakteri terutama bakteri gram positif ( Houwink, 1993
).
2. Pembentukan Plak Gigi
Proses pembentukan plak gigi terdiri dari dua tahap
yaitu : Tahap pertama merupakan tahap pembentukan lapisan acquired pellicle. Tahap kedua merupakan
tahap proliferasi bakteri. Pembentukan
plak dipelopori oleh bakteri-bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk
polisakharida ekstraseluler yang memungkinkan bakteri melekat pada gigi dan
saling berkaitan. Selama beberapa hari, akan timbul inflamasi gingival, selama proses ini kondisi
lingkungan perlahan-lahan akan berubah, menyebabkan terjadinya pertumbuhan
selektif. Keadaan ini menyebabkan perubahan komposisi bakteri dan setelah 2
sampai 3 minggu akan terjadi pertumbuhan flora kompleks yang tidak termasuk
bakteri anaerob gram negatif, bakteri
motil dan spirochaeta ( Manson dan Eley,
1993 ).
Menurut
Kadir ( 1991 ) proliferasi bakteri
dimulai kurang lebih 8 jam setelah gigi dibersihkan. Menurut Williams (
1995 ) setelah 24 jam maka plak akan dapat terlihat dengan mata telanjang, dan
setiap 3 jam maka bakteri pada plak tersebut akan menggandakan diri, sedangkan menurut
Kadir ( 1991 ) menambahkan bahwa proses terakhir dari pembentukan plak
adalah kematangan plak. Tahap ini terjadi perubahan jenis bakteri, umumnya terjadi dua hari setelah plak terbentuk.
Menurut
Hoag dan Pawlak ( 1990 ) plak umumnya tidak terlihat dan hanya dapat dilihat
dengan bantuan zat pewarna
khusus. Menurut Kadir
( 1991 ) bakteri dalam plak
memiliki kemampuan untuk membentuk asam, basa maupun metabolit lainnya yang
dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan gigi dan jaringan periodontal,
tergantung dari jenis bakteri dan bahan makanan yang terdapat dalam plak
3. Komposisi Plak
Secara
umum komposisi plak terdiri dari air dan berbagai jenis bakteri di dalam
matriks intraseluler yang dibentuk oleh bakteri tersebut. Banyaknya bakteri
tersebut tergantung pada lokasi, diet
individu dan lamanya plak tersebut mengalami proses pematangan ( Kadir, 1991 ).
a. komposisi
secara keseluruhan
Komposisi plak terdiri dari
bahan organik dan anorganik ter utama
terdiri dari bakteri dan jumlah bakteri kira-kira 250 juta per mg plak basah. Kandungan
plak mempunyai banyak air, bakteri-bakteri yang terdapat di dalam plak
berkolonisasi di atas suatu matriks, yang terdiri dari saliva dan bahan-bahan metabolisme bakteri, misalnya polisakharida
ekstraseluler yaitu dekstran, levan dan lain-lain. Disamping komponen air,
bakteri dan matriks, interseluler endapan plak ini juga mengandung sel-sel
epitel yang lepas, sel-sel darah putih, partikel sisa makanan, garam-garam
anorganik yaitu garam-garam kalsium dan fospat ( Djuita, 1989 ).
b. komposisi plak masak
Tujuh puluh persen ( 70 % )
plak terdiri dari mikroba dan sisa-sisa produk, ekstraseluler dan bakteri plak,
sisa sel dan derivate glikoprotein. Protein,
karbohidrat, dan lemak juga dapat ditemukan dalam plak. Karbohidrat
yang paling sering dijumpai adalah produk bakteri dekstran juga levan
dan galaktose. Komponen organik utama adalah kalsium, fosfor, magnesium,
potasium dan sodium. Kandungan garam anorganik tertinggi pada permukaan lingual insisivus bawah, ion kalsium ikut membantu perlekatan antara
bakteri dengan pelikel ( Manson dan Eley, 1993 ).
4.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Proses Pembentukan Plak
Menurut
Djuita ( 1989 ) proses pembentukan plak dapat terjadi apabila terdapat
faktor-faktor penunjang hadirnya beberapa bakteri yang secara aktif
menghasilkan zat-zat metabolisme. Menurut Hoag dan Pawlak (1990) secara garis
besar faktor-faktor penunjang ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Lingkungan fisik, yaitu
berdasarkan :
1)
Anatomi
dan posisi gigi
Pada bentuk
gigi yang mempunyai banyak fisur dan pit akan lebih mudah terbentuknya
plak, selain itu posisi gigi yang tidak
beraturan akan menyulitkan dalam pembersihan sehingga sisa makanan akan mudah tersimpan dan menyebabkan
plak semakin menebal .
2)
Anatomi
dan jaringan sekitar gigi
Gigi yang jaringan
pendukungnya mengalami kelainan seperti terdapatnya poket
akan memudahkan sisa
makanan menumpuk
sehingga plak
akan mudah terbentuk.
3)
Struktur permukaan gigi
Permukaan
gigi yang terdapat tambalan seperti pada tambaan kelas II yang sampai ke
permukaan servikal gigi, ataupun restorasi lainnya seperti mahkota dan jaket,
apabila permukaannya masih kasar karena tidak dipoles ataupun karena
pemasangannya tidak benar akan menyebabkan retensi sisa makanan pada tambalan
tersebut atau pada batas antara mahkota dan jaket dengan permukaan servikal
gigi, dan akhirnya menumpuk dan terbentuklah plak.
b. Waktu
Lamanya sisa makanan
yang tertinggal menetukan terjadi atau
tidaknya suatu plak.
Semakin lama waktunya
akan semakin mudah
terbentuk plak.
c. Terdapatnya bakteri yang
berasal dari saliva, cairan gusi dan diet
Peran
bakteri sangat besar dalam pembentukan plak, sebab tanpa bakteri maka
pembentukan plak akan terhambat. Plak akan terbentuk pada manusia dan hewan
yang makanannya melalui lambung, walaupun dalam jumlah yang kecil. Masih
diperdebatkan apakah frekuensi makanan atau jumlah asupan makanan mempengaruhi
jumlah deposit plak, demikian juga plak bakteri memang menggunakan nutrient yang dapat berdifusi dengan
mudah ke dalam plak, misalnya larutan gula, sukrosa, fruktosa, maltosa, dan
laktosa. Serat mungkin juga berfungsi sebagai substrat bakteri ( Manson dan Eley, 1993).
Dekstran adalah produk
bakteri
ekstraseluler yang terpenting,
karena
relatif tidak larut dan
mempunyai sifat adhesif . Dekstran dapat diproduksi dari sukrosa didalam makanan
dan mempunyai deposisi plak dan metabolisme. Plak terbentuk lebih cepat
selama tidur dari pada setelah makan karena aksi mekanis dari pengunyahan
makanan ditambah dengan aliran saliva
yang terstimullir akan menghalangi deposisi plak. Makanan yang keras, kasar dan
berserat juga menghalangi pembentukan plak dan fakta ini sudah diteliti pada
produksi plak eksperimental ( Manson dan Eley, 1993 ).
Manfaat makanan penutup berupa buah-buahan dan sayuran seperti apel, bengkuang,
seledri dan wortel masih diperdebatkan, namun jenis-jenis makanan ini tentunya
lebih baik daripada makanan penutup berupa gula-gula. Gerak mastikasi yang kuat
akan menghasilkan keausan alami dari gigi pada permukaan oklusal
dan interproksimal yang mengurangi deposisi plak
( Manson dan Eley, 1993 ).
The Best Bet in 2021 - Dr.MCD
BalasHapusBet 제주도 출장안마 of the day · 광주광역 출장샵 Bet of the day is 여수 출장마사지 always up in your pocket. · It is a 속초 출장마사지 simple way of betting. 천안 출장마사지 · All odds are displayed in